WELCOME--- SUGENG RAWUH--- SELAMAT DATANG--- AHLAN WASAHLAN---"BERSATU KITA MAMPU"... WELCOME--- SUGENG RAWUH--- SELAMAT DATANG---AHLAN WASAHLAN--- "BERSAMA KITA BISA"...

Thursday, January 25, 2018

KEBUTUHAN, TANTANGAN DAN SOLUSI SISTEM INFORMASI KESEHATAN PADA MASA KINI

Oleh :
Abi Muhlisin, Novia Luthviatin, Sumarah


(Mahasiswa DIKM UNDIP 2017)

Kebutuhan:
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Perkembangan sistem kesehatan nasional saat ini menekankan pemberdayaan dan  pengembangan manusia sebagai sumber daya untuk kesehatan/human resources for health (HRH), hal ini membuat HRH merupakan salah satu bagian prioritas dalam perencanaan sistem kesehatan nasional. Salah satu aspek penting dari upaya pengembangan ini adalah memperbaiki akurasi pengumpulan data, sehingga meningkatkan kualitas informasi. Sumber Daya Manusia untuk Sistem Informasi Kesehatan/Human Resources for Health Information System (HRHIS) adalah aplikasi yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. HRHIS bisa diterapkan ke semua tingkatan, mulai dari nasional sampai provinsi dan sampai ke tingkat kabupaten/kota.
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia sebagai Sistem Informasi Manajemen Kesehatan/Development and Empowerment of Human Resources Health Management Information System (DEHRH-MIS) adalah sub-sistem yang dibangun untuk memetakan sumber data kesehatan seluruh wilayah Indonesia dan digunakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Prosesnya meliputi perancangan sistem data, supply, training, pendidikan, distribusi, dan pengawasan. Untuk mendukung implementasi, Kementerian Kesehatan RI saat ini merancang peta jalan untuk Sistem Informasi Kesehatan (SIK), integrasi dengan sub sistem yang ada mengarah ke pembuatan National Health Data Bank. Tujuannya adalah untuk menggabungkan semua database menjadi satu kesatuan, merender adanya data seragam dari semua provinsi, kabupaten, dan kota. Namun, pengolahan data masih terpisah-pisah; terutama karena setiap pekerjaan dilakukan dalam isolasi geografis dari satu sama lain. Akibatnya, ini menuntut sistem perbaikan dan integrasi serta akurasi data dan informasi dari semua tingkat geografis, berkaitan dengan bahkan HIS Data Bank.
Kebutuhan akan data dan informasi disediakan melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan, yaitu dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis data serta penyajian informasi. Saat ini Sistem Informasi Kesehatan (SIK) masih terfragmentasi serta belum mampu menyediakan data dan informasi yang handal, sehingga SIK masih belum menjadi alat pengelolaan pembangunan kesehatan yang efektif. Masalah utamanya adalah menemukan metode yang efektif untuk mengintegrasikan semua sistem yang disebutkan di atas.

Tantangan :
Tantangan pembangunan kesehatan menuntut adanya dukungan sumber daya yang cukup serta arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan yang tepat. Namun, seringkali para pembuat kebijakan di bidang kesehatan mengalami kesulitan dalam hal pengambilan keputusan yang tepat karena keterbatasan atau ketidaktersediaan data dan informasi yang akurat, tepat, dan cepat. Data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat strategis dalam pengelolaan pembangunan kesehatan yaitu pada proses manajemen, pengambilan keputusan, kepemerintahan dan penerapan akuntabilitas. 
                Pemerintah kota memiliki sub sistem yang menggunakan unit implementasi teknis (UPT) dan fasilitas kesehatan lainnya. Termasuk online dan offline penerapan DEHRH-MIS, melalui kabupaten/kota dapat dengan cepat mengakses dan melakukan update real-time informasi melalui deskripsi dokumen dan pengumpulan data. Pemerintah Provinsi memiliki unit teknis yang bertanggung jawab zona (UPTD), unit pelaksana teknis pusat (UPT) dan sektor swasta dimana provinsi dapat melihat atau buka subsistem aplikasi di bawahnya sehingga pemerintah provinsi dapat mencetak deskripsi dokumen dan agregat data yang dibutuhkan untuk perencanaan dan pengadaan wilayah analisis material. Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan cq. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Manusia Sumber daya untuk kontrol Kesehatan sebagai subsistem keseluruhan Sistem Kementerian Kesehatan mampu memantau subsistem DEHRH-SIM untuk sumber data yang spesifik baik kesehatan manusia dan dokumen deskripsi agregat sebagai dasar untuk perencanaan dan analisis kebijakan untuk menentukan arah kebijakan sumber daya manusia tentang kesehatan nasional.
Badan untuk Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia untuk Kesehatan sebagai subsistem dari Kementerian Kesehatan dapat digunakan DEHRH-SIM untuk memantau sumber data tertentu, baik kesehatan manusia dan dokumen deskripsi agregat. Ini menjadi dasar perencanaan dan analisis kebijakan untuk menentukan arah kebijakan sumber daya manusia tentang kesehatan nasional. Kementerian Kesehatan melalui Pusat Data dan Informasi bertanggung jawab atas data kesehatan nasional yang memberikan deskripsi dan dokumen hasil agregat kepada Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan yang bertanggung jawab atas sumber daya manusia untuk data kesehatan secara berkala. Sebuah perubahan dalam pengiriman data dan pengolahan akan berintegrasi dengan HIS, membentuk model bank data kesehatan nasional.
Salah satu tantangan utama di sektor kesehatan adalah menyesuaikan Sistem Informasi Kesehatan dengan persyaratan yang berasal dari perubahan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah dan organisasi kesehatan internasional menetapkan serangkaian persyaratan untuk Sistem Informasi Kesehatan generasi baru: mereka harus melestarikan investasi masa lalu pada sistem warisan, namun juga harus mengintegrasikan teknologi baru, termasuk pasien di antara pengguna mereka, dan memastikan bahwa informasi klinis tersedia setiap saat, bahkan di tempat yang jauh dari tempat informasi disimpan secara fisik. Beberapa tantangan dalam implementasinya masih banyak ditemui sehingga memerlukan kebijakan dan kerjasama yang terintegrasi di dalamnya. Diantaranya tantangan tersebut adalah Globalisasi; banyak ragam perangkat lunak Sistem Informasi Kesehatan sehingga membingungkan unit operasional dalam menginputnya. Juga membingungkan pihak pengambil kebijakan dalam menentukan model dan sistem yang nantinya akan digunakan guna menghasilkan input, proses dan output yang maksimal sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Solusi:
Arsitektur berorientasi agen untuk Sistem Informasi Kesehatan, yang menggunakan standar internasional untuk komunikasi dan pengelolaan dokumen klinis. Arsitektur mencoba untuk secara efektif memodelkan organisasi layanan kesehatan menyeluruh dan terintegrasi, dan bertujuan untuk mudah diperluas dan mudah disesuaikan dengan kekhasan sistem pelayanan kesehatan tertentu. Terdapat dua skenario eksperimental untuk menguji sistem informasi kesehatan multi-agen.  Yang pertama bagaimana memodelkan kasus penggunaan khusus, alur kerja radiologi, menggunakan agen dan standar yang terkenal; pada bagian kedua, bagaimana aplikasi seluler dapat menggunakan layanan yang diberikan oleh agen untuk mendukung tenaga medis dalam situasi darurat. Dalam pekerjaan ini, Multy Agent System (MAS) digunakan untuk mengotomatisasi pengelolaan alur kerja dan mengkoordinasikan prosedur medis dalam hal kualitas, throughput dan kehandalan. MAS dianggap sebagai salah satu teknologi yang paling menarik untuk pengembangan aplikasi dan layanan kesehatan (Bergenti & Poggi, 2009).
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Model Sistem Informasi Kesehatan (HRHIS) dapat diimplementasikan sebagai sistem informasi kesehatan terpadu dengan data di seluruh Kementerian Kesehatan khususnya untuk  data kesehatan sumber daya manusia.  Dengan Service Oriented Architecture (SOA) sebagai model integrasi, yaitu Health Level Seven (HL 7) sebagai standar pertukaran data, dan Markup yang eXtensible Language (XML) sebagai format pengiriman data, desain ini perlu untuk mengumpulkan data yang akurat bisa terpenuhi. Dari sisi teknis, teknologi dan pertukaran standar yang sesuai diperlukan untuk setiap jenis data, yang memungkinkan untuk semua sub-sistem yang terlibat untuk berkomunikasi dengan HIS data bank. Teknologi komputasi dalam penyimpanan data harus dipertimbangkan karena setiap tahun jumlah data dalam sumber daya manusia kesehatan meningkat jumlahnya, memberikan tekanan pada kebutuhan akan penyimpanan data yang besar.

Daftar Pustaka

Akowuah, F. et al. (2013) ‘A survey of security standards applicable to health information systems’, International Journal of Information Security and Privacy, 7(4), pp. 22–36. doi: 10.4018/ijisp.2013100103.

Al-Khasawneh, A. and Hijazi, H. (2014) ‘A Predictive E-Health Information System’, International Journal of Decision Support System Technology, 6(4), pp. 31–48. doi: 10.4018/ijdsst.2014100103.

Claudi, A., Sernani, P. and Dragoni, A. F. (2015) ‘Towards Multi-Agent Health Information Systems’, International Journal of E-Health and Medical Communications, 6(4), pp. 20–38. doi: 10.4018/IJEHMC.2015100102.

Pardamean, B., Utama, T. and Fadilah, D. R. (2015) ‘Model of Human Resources for Health Information Systems’, 2015 2nd International Conference on Information Technology, Computer, and Electrical Engineering (ICITACEE), pp. 20–25. doi: 10.1109/ICITACEE.2015.7437763.

Teixeira, P., Brandão, P. L. and Rocha, Á. (2012) ‘Promoting Success in the Introduction of Health Information Systems’, Human Resources Management Concepts Methodologies Tools and Applications, 8(March), pp. 631–641. doi: 10.4018/978-1-4666-1601-1.ch039.


No comments:

Post a Comment