Oleh
:
Abi
Muhlisin, Novia Luthviatin, Sumarah
(Mahasiswa DIKM UNDIP 2017)
Kebutuhan:
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya
adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. Perkembangan sistem
kesehatan nasional saat ini menekankan pemberdayaan dan pengembangan
manusia
sebagai sumber daya untuk
kesehatan/human
resources for health (HRH), hal ini membuat HRH merupakan salah satu bagian prioritas dalam perencanaan sistem
kesehatan nasional. Salah satu aspek penting dari upaya pengembangan ini adalah
memperbaiki akurasi pengumpulan data, sehingga meningkatkan kualitas informasi. Sumber
Daya Manusia untuk Sistem Informasi Kesehatan/Human
Resources for Health Information System (HRHIS) adalah aplikasi yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. HRHIS bisa diterapkan ke semua tingkatan, mulai dari nasional sampai
provinsi dan sampai ke tingkat kabupaten/kota.
Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia sebagai Sistem Informasi Manajemen Kesehatan/Development and Empowerment of Human
Resources Health Management Information System (DEHRH-MIS) adalah sub-sistem yang dibangun untuk memetakan sumber data kesehatan seluruh
wilayah Indonesia dan
digunakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Prosesnya meliputi perancangan sistem data, supply,
training, pendidikan, distribusi, dan pengawasan. Untuk mendukung
implementasi, Kementerian Kesehatan RI saat ini
merancang peta jalan untuk Sistem Informasi Kesehatan (SIK), integrasi dengan sub sistem yang ada mengarah ke
pembuatan National
Health Data Bank. Tujuannya adalah untuk
menggabungkan semua database menjadi satu kesatuan,
merender adanya data seragam dari semua provinsi, kabupaten, dan
kota. Namun, pengolahan data masih terpisah-pisah; terutama karena setiap pekerjaan dilakukan dalam isolasi geografis
dari satu sama lain. Akibatnya, ini menuntut sistem
perbaikan dan integrasi serta akurasi data dan
informasi dari semua tingkat geografis, berkaitan dengan
bahkan HIS Data Bank.
Kebutuhan akan data dan
informasi disediakan melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan, yaitu
dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis data serta penyajian informasi.
Saat ini Sistem Informasi Kesehatan (SIK) masih terfragmentasi serta belum
mampu menyediakan data dan informasi yang handal, sehingga SIK masih belum
menjadi alat pengelolaan pembangunan kesehatan yang efektif.
Masalah utamanya adalah menemukan metode yang efektif
untuk mengintegrasikan semua sistem yang disebutkan di
atas.
Tantangan
:
Tantangan pembangunan kesehatan menuntut
adanya dukungan sumber daya yang cukup serta arah kebijakan dan strategi
pembangunan kesehatan yang tepat. Namun, seringkali para pembuat kebijakan di
bidang kesehatan mengalami kesulitan dalam hal pengambilan keputusan yang tepat
karena keterbatasan atau ketidaktersediaan data dan informasi yang akurat,
tepat, dan cepat. Data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat
strategis dalam pengelolaan pembangunan kesehatan yaitu pada proses manajemen,
pengambilan keputusan, kepemerintahan dan penerapan akuntabilitas.
Pemerintah
kota memiliki sub sistem yang menggunakan unit implementasi teknis (UPT) dan
fasilitas kesehatan lainnya. Termasuk online dan offline penerapan DEHRH-MIS, melalui kabupaten/kota dapat
dengan cepat mengakses dan melakukan update
real-time informasi melalui deskripsi dokumen dan pengumpulan data.
Pemerintah Provinsi memiliki unit teknis yang bertanggung jawab zona (UPTD),
unit pelaksana teknis pusat (UPT) dan sektor swasta dimana provinsi dapat
melihat atau buka subsistem aplikasi di bawahnya sehingga pemerintah provinsi
dapat mencetak deskripsi dokumen dan agregat data yang dibutuhkan untuk
perencanaan dan pengadaan wilayah analisis material. Pemerintah Pusat melalui
Kementerian Kesehatan cq. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Manusia Sumber
daya untuk kontrol Kesehatan sebagai subsistem keseluruhan Sistem Kementerian
Kesehatan mampu memantau subsistem DEHRH-SIM untuk sumber data yang spesifik
baik kesehatan manusia dan dokumen deskripsi agregat sebagai dasar untuk
perencanaan dan analisis kebijakan untuk menentukan arah kebijakan sumber daya
manusia tentang kesehatan nasional.
Badan untuk Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia untuk Kesehatan sebagai subsistem dari
Kementerian Kesehatan dapat digunakan DEHRH-SIM untuk memantau sumber data
tertentu, baik kesehatan manusia dan dokumen deskripsi agregat. Ini menjadi
dasar perencanaan dan analisis kebijakan untuk menentukan arah kebijakan sumber
daya manusia tentang kesehatan nasional. Kementerian Kesehatan melalui Pusat
Data dan Informasi bertanggung jawab atas data kesehatan nasional yang
memberikan deskripsi dan dokumen hasil agregat kepada Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan yang bertanggung jawab atas sumber
daya manusia untuk data kesehatan secara berkala. Sebuah perubahan dalam
pengiriman data dan pengolahan akan berintegrasi dengan HIS, membentuk model
bank data kesehatan nasional.
Salah satu tantangan
utama di sektor kesehatan adalah menyesuaikan Sistem Informasi Kesehatan dengan
persyaratan yang berasal dari perubahan masyarakat. Dalam beberapa tahun
terakhir, pemerintah dan organisasi kesehatan internasional menetapkan
serangkaian persyaratan untuk Sistem Informasi Kesehatan generasi baru: mereka
harus melestarikan investasi masa lalu pada sistem warisan, namun juga harus
mengintegrasikan teknologi baru, termasuk pasien di antara pengguna mereka, dan
memastikan bahwa informasi klinis tersedia setiap saat, bahkan di tempat yang
jauh dari tempat informasi disimpan secara fisik. Beberapa tantangan dalam
implementasinya masih banyak ditemui sehingga memerlukan kebijakan dan
kerjasama yang terintegrasi di dalamnya. Diantaranya tantangan tersebut adalah
Globalisasi; banyak ragam perangkat lunak Sistem Informasi Kesehatan sehingga
membingungkan unit operasional dalam menginputnya. Juga membingungkan pihak
pengambil kebijakan dalam menentukan model dan sistem yang nantinya akan
digunakan guna menghasilkan input, proses dan output yang maksimal sesuai
dengan kebutuhan yang ada.
Solusi:
Arsitektur
berorientasi agen untuk Sistem Informasi Kesehatan, yang menggunakan standar
internasional untuk komunikasi dan pengelolaan dokumen klinis. Arsitektur mencoba untuk secara
efektif memodelkan organisasi layanan kesehatan menyeluruh dan terintegrasi,
dan bertujuan untuk mudah diperluas dan mudah disesuaikan dengan kekhasan
sistem pelayanan kesehatan tertentu. Terdapat dua skenario eksperimental untuk
menguji sistem informasi kesehatan multi-agen.
Yang pertama bagaimana memodelkan kasus penggunaan
khusus, alur kerja radiologi, menggunakan agen dan standar yang terkenal; pada
bagian kedua, bagaimana aplikasi seluler dapat menggunakan layanan yang
diberikan oleh agen untuk mendukung
tenaga medis dalam situasi darurat. Dalam pekerjaan ini, Multy Agent System
(MAS) digunakan untuk mengotomatisasi pengelolaan alur kerja dan
mengkoordinasikan prosedur medis dalam hal kualitas, throughput dan kehandalan.
MAS dianggap sebagai salah satu teknologi yang paling menarik untuk
pengembangan aplikasi dan layanan kesehatan (Bergenti & Poggi, 2009).
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Model Sistem Informasi Kesehatan (HRHIS) dapat
diimplementasikan sebagai sistem informasi kesehatan
terpadu dengan data di seluruh Kementerian Kesehatan khususnya
untuk data
kesehatan sumber daya manusia. Dengan Service Oriented Architecture
(SOA) sebagai model integrasi, yaitu Health Level Seven (HL 7) sebagai standar pertukaran data, dan Markup yang eXtensible Language (XML)
sebagai format pengiriman data, desain ini perlu untuk mengumpulkan data yang akurat bisa terpenuhi.
Dari sisi teknis, teknologi dan pertukaran standar yang
sesuai diperlukan untuk setiap jenis data, yang memungkinkan untuk semua
sub-sistem yang terlibat untuk berkomunikasi dengan HIS
data bank. Teknologi
komputasi dalam penyimpanan data harus dipertimbangkan karena setiap tahun
jumlah data dalam sumber daya manusia kesehatan meningkat jumlahnya, memberikan
tekanan pada kebutuhan akan penyimpanan data yang besar.
Daftar
Pustaka
Akowuah, F. et al. (2013) ‘A survey of security
standards applicable to health information systems’, International Journal
of Information Security and Privacy, 7(4), pp. 22–36. doi:
10.4018/ijisp.2013100103.
Al-Khasawneh, A. and Hijazi, H. (2014) ‘A Predictive E-Health
Information System’, International Journal of Decision Support System
Technology, 6(4), pp. 31–48. doi: 10.4018/ijdsst.2014100103.
Claudi, A., Sernani, P. and Dragoni, A. F. (2015) ‘Towards
Multi-Agent Health Information Systems’, International Journal of E-Health
and Medical Communications, 6(4), pp. 20–38. doi: 10.4018/IJEHMC.2015100102.
Pardamean, B., Utama, T. and Fadilah, D. R. (2015) ‘Model of
Human Resources for Health Information Systems’, 2015 2nd International
Conference on Information Technology, Computer, and Electrical Engineering
(ICITACEE), pp. 20–25. doi: 10.1109/ICITACEE.2015.7437763.
Teixeira, P., Brandão, P. L. and Rocha, Á. (2012) ‘Promoting
Success in the Introduction of Health Information Systems’, Human Resources
Management Concepts Methodologies Tools and Applications, 8(March), pp.
631–641. doi: 10.4018/978-1-4666-1601-1.ch039.
No comments:
Post a Comment